Data Inovasi

Innovation is a process by which a domain, a product, or a service is renewed and brought up to date by applying new processes, introducing new techniques, or establishing successful ideas to create new value. The creation of value is a defining characteristic of innovation.

GASPOL ( Gerakan Asupan Pangan Olahan Lokal)

Tahapan Inovasi : Penerapan
Digital : Non Digital
Inisiator Inovasi : OPD
Bentuk Inovasi : Inovasi Pelayanan Publik
Tujuan Inovasi :

Mempermudah masyarakat mengonsumsi protein sehari hari tanpa biaya yang

mahal dan membantu perekonomian masyarakat.

Mencegah dan menurunkan kejadian Stunting di wilayah Siatas Barita

Manfaat Inovasi :

a.        Meningkatkan ketahanan pangan lokal

b.        Menumbuhkan ekonomi masyarakat dengan memelihara ikan lele di pekarangan rumah

c.        Meningkatkan nilai gizi masyarakat karena dengan mengonsumsi ikan lele yang dipelihara sendiri lebih segar dan bernutrisi

Hasil Inovasi :

·            Masyarakat Siatas Barita  telah memanfaatkan ikan lele menjadi salah satu  asupan protein di keluarga.

 Data Stunting menurun di wilayah Siatas Barita dalam kurun waktu tertentu dapat dilihat dari data berikut   tahun 2023 (93 orang), tahun 2024 (91 orang) dan tahun 2025 (86 orang).

Waktu Uji Coba : 2022-11-02
Waktu Implementasi : 2023-02-02
Rancang Bangun Inovasi :

14.

Rancang Bangun                                      :

1.     DASAR HUKUM

·     Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

·     Peraturan Presiden Republik Indonesia No 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting

 

·     Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 43 Tahun 2023 Tentang Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi

·     Peraturan Bupati Tapanuli Utara No 49 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan Stunting

·     Peraturan Bupati Tapanuli Utara No 57 Tahun 2022 Tentang Peran Desa Dalam Upaya Pencegahan Dan Penurunan Stunting Terintergrasi di Tingkat Desa

2.     PERMASALAHAN

·       Makro.

ü Ketersediaan pangan.

Akses terhadap makanan bergizi seimbang merupakan faktor penting. Kekurangan pangan, terutama pada masa krusial pertumbuhan, dapat menyebabkan stunting.

ü  Kualitas Lingkungan.

Sanitasi yang buruk, akses air bersih yang terbatas, dan kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit yang memperburuk status gizi anak.

ü Sosial Ekonomi

Pendapatan keluarga yang rendah, tingkat pendidikan orang tua yang rendah, dan kurangnya pengetahuan tentang gizi dapat berkontribusi pada terjadinya stunting.

·        Mikro.

ü  Masalah asupan protein berkaitan dengan kekurangan atau kelebihan asupan protein yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

ü  Kekurangan protein bisa menyebabkan malnutrisi energi protein, seperti stunting pada anak-anak, serta berbagai masalah kesehatan lainnya.

ü  Salah satu penyebab utama dari permasalahan ini adalah pola konsumsi pangan yang kurang beragam, rendah gizi dan tergantung pada bahan pangan produk olahan pabrik.

3.     ISU STRATEGIS

a.       Global

1.     Krisis Gizi Protein

ü  FAO memperingatkan bahwa kekurangan asupan protein berkualitas berdampak pada pertumbuhan anak dan kesehatan ibu hamil di banyak negara berkembang.

2.     Ketergantungan pada sumber protein impor

ü  Banyak negara mengandalkan kedelai atau daging impor, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga dan gangguan pasokan global.

3.     Perubahan Iklim dan Produksi Protein

ü  Produksi protein hewani berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca. Pangan lokal berbasis nabati atau hewani berkelanjutan dapat mengurangi dampak lingkungan.

4.     Keanekaragaman Sumber Protein

ü  WHO dan FAO mendorong konsumsi protein beragam (ikan lokal, kacang-kacangan, biji-bijian) untuk mengurangi risiko kekurangan gizi dan menjaga biodiversitas pangan.

5.     Peningkatan Populasi Global

ü    Dengan proyeksi populasi dunia mencapai 9,7 miliar pada 2050, ketersediaan protein berkelanjutan menjadi isu strategis global.

b.      Nasional

1.     Prevalensi Stunting dan Wasting

ü   Berdasarkan SSGI 2023, stunting masih 21,5%. Salah satu faktor penyebab   adalah rendahnya asupan protein hewani dan nabati berkualitas.

2.     Ketergantungan pada Pangan Impor

ü Indonesia masih mengimpor kedelai (bahan tempe/tahu), daging sapi, dan susu. Pemanfaatan sumber protein lokal (ikan air tawar, kacang lokal, telur) dapat mengurangi ketergantungan ini.

3.     Potensi Sumber Daya Lokal yang Belum Optimal

ü    Banyak daerah memiliki sumber protein lokal melimpah (ikan tawar, udang air tawar, kacang-kacangan) yang belum diolah maksimal menjadi produk bernilai gizi tinggi.

4.     Kesenjangan Akses dan Edukasi Gizi

ü  Masyarakat pedesaan sering memiliki bahan pangan berprotein, tetapi pengetahuan pengolahan dan diversifikasi konsumsi masih terbatas.

c.       Lokal

ü  Meski ada penurunan angka stunting, beberapa kecamatan di Tapanuli Utara masih mencatat prevalensi tinggi. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya konsumsi protein hewani/nabati berkualitas.

ü   Di wilayah Tapanuli Utara  memiliki ikan air tawar (lele,nila, mas, mujair), hasil ternak (ayam, bebek), kacang tanah, kacang kedelai lokal, dan sayur berprotein tinggi, namun pemanfaatannya belum maksimal.

 

 

 

4.       METODE PEMBAHARUAN

a.     Sebelum Penerapan Inovasi

Sumber protein selama ini hanya dibeli dipasar

b.     Setelah Penerapan Inovasi

Membuat sumber protein seperti ikan lele dikelola di sebuah kolam, drum besar dan bahkan di dalam galon bekas air minum dan kemudian diolah menjadi olahan lokal seperti nugget ikan lele, sop ikan lele dan bola bola ikan lele.

5.   KEUNGGULAN DAN KEBAHARUAN

Keunggulan Inovasi GASPOL

1)      Mendorong Konsumsi Protein Berkualitas

·    Mengedepankan pentingnya asupan protein untuk tumbuh kembang anak dan mencegah stunting.

2)      Berbasis Sumber Daya Lokal

·     Memanfaatkan bahan pangan lokal (ikan, tempe, telur, kacang-kacangan, dll) yang mudah diakses dan murah.

3)      Peningkatan Ketahanan Pangan

·     Mendukung kemandirian pangan masyarakat dengan memaksimalkan potensi lokal.

4)      Pemberdayaan Masyarakat

·     Melibatkan kader, ibu PKK, dan posyandu dalam pengolahan serta distribusi makanan berbasis protein.

5)      Mudah Diimplementasikan

·     Sederhana, murah, dan bisa dilakukan di semua wilayah Puskesmas Siatas Barita

 Kebaharuan Inovasi GASPOL

1)      Integrasi Gerakan Gizi dengan Kearifan Lokal

·     Menggabungkan intervensi gizi dengan pendekatan budaya lokal dan ketersediaan pangan setempat.

2)      Olahan Inovatif dan Menarik

·     Pangan lokal diolah menjadi makanan yang menarik, seperti nugget ikan lele, abon lele,.

3)      Model Edukasi Interaktif

·     Sosialisasi dilakukan melalui demo masak, media sosial, kelas ibu balita, dan lomba kreasi menu sehat.

4)      Dukungan pada UMKM Pangan Lokal

·     Produk olahan GASPOL dapat dikembangkan menjadi produk UMKM yang bernilai ekonomi dan bernutrisi tinggi.

5)      Fokus pada Pencegahan Stunting

·     Menjawab masalah gizi kronis dengan solusi berbasis sumber protein lokal yang berkelanjutan.

6.     TAHAPAN INOVASI/ PENGGUNAAN PRODUK/ SPESIFIKASI PRODUK

a.     Identifikasi masalah dan potensi lokal

Menggali permasalahan yang berkaitan dengan konsumsi pangan, Mengidentifikasi potensi pangan lokal yang telah ada namun belum dimanfaatkan secara optimal ( budi daya ikan lele) dengan melibatkan masyarakat setempat

b.     Perencanaan Inovasi

c.     Menyusun tujuan dan sasaran inovasi

d.     Merancang metode pengolahan yang sesuai (praktis, sehat dan ekonomis)

e.     Pengembangan produk olahan

Uji coba resep, teknik pengolahan ikan lele agar sesuai dengan selera anak balita dan menjaga kandungan gizi

f.    Monitoring dan Evaluasi