Data Inovasi

Innovation is a process by which a domain, a product, or a service is renewed and brought up to date by applying new processes, introducing new techniques, or establishing successful ideas to create new value. The creation of value is a defining characteristic of innovation.

BIKA SI NIKMAT (BINA KARAKTER DENGAN KEGIATAN KEAGAMAAN DI HARI JUMAT)

Tahapan Inovasi : Penerapan
Digital : Non Digital
Inisiator Inovasi : OPD
Bentuk Inovasi : Inovasi Pelayanan Publik
Tujuan Inovasi :

Tujuan utama BIKA SI NIKMAT adalah membina dan menginternalisasi nilai-nilai karakter luhur yang bersumber dari ajaran agama pada diri siswa UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit secara konsisten dan terintegrasi dalam budaya sekolah.

Dampak inovasi ini diharapkan sangat positif:

·  Jangka Pendek: Peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan            keagamaan, pemahaman dasar tentang nilai-nilai agama, dan            mulai terbentuknya kebiasaan positif di hari Jumat.

·   Jangka Menengah: Terlihatnya perubahan perilaku siswa menjadi       lebih disiplin, bertanggung jawab, toleran, dan santun di                     lingkungan sekolah dan di luar sekolah. Suasana sekolah yang         lebih religius dan nyaman.

·   Jangka Panjang: Terciptanya lulusan UPT SPF SMP Negeri 2             Sibolangit yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga       memiliki karakter mulia, akhlak terpuji, dan siap menjadi individu       yang berkontribusi positif bagi masyarakat. Inovasi ini                         menjadikan  sekolah sebagai pusat pembentukan karakter yang         holistik.

Manfaat Inovasi :

BIKA SI NIKMAT memberikan manfaat signifikan dalam pembentukan karakter siswa:

·  Penguatan Nilai Religius: Siswa memiliki wadah rutin untuk               mempraktikkan ajaran agamanya, memperkuat keimanan dan           ketakwaan.

·  Pembentukan Karakter Positif: Melalui kegiatan keagamaan, nilai-     nilai seperti disiplin, kejujuran, toleransi, empati, dan tanggung           jawab dapat ditanamkan dan dibiasakan.

·  Peningkatan Kerukunan: Kegiatan keagamaan yang bervariasi         sesuai keyakinan masing-masing menumbuhkan sikap toleransi         dan saling menghargai antar siswa.

·  Pengembangan Kepribadian: Siswa mendapatkan kesempatan         untuk mengembangkan kepercayaan diri, kemampuan berbicara       di  depan umum, dan jiwa kepemimpinan.

·  Lingkungan Sekolah yang Kondusif: Terciptanya suasana religius     dan harmonis yang mendukung proses belajar-mengajar.

Hasil Inovasi :

Secara keseluruhan, BIKA SI NIKMAT telah menunjukkan hasil yang sangat positif dalam membentuk karakter peserta didik yang lebih religius, berakhlak mulia, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Program ini tidak hanya berhasil meningkatkan pemahaman keagamaan peserta didik, tetapi juga menciptakan lingkungan sekolah yang lebih harmonis, disiplin, dan penuh toleransi. Keberhasilan program ini membuktikan bahwa pendekatan berbasis nilai-nilai keagamaan dapat menjadi strategi yang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan, baik dari segi akademik maupun karakter.

Dengan hasil yang telah dicapai, BIKA SI NIKMAT diharapkan dapat terus dilaksanakan dan dikembangkan lebih lanjut agar manfaatnya semakin luas bagi seluruh peserta didik, tenaga pendidik, dan masyarakat sekitar.

Waktu Uji Coba : 2024-02-22
Waktu Implementasi : 2024-04-22
Rancang Bangun Inovasi :

A.    DASAR HUKUM

1.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem                     Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia               Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik           Indonesia Nomor 4301);

2.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem                     Pendidikan Nasional;

3.  Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang             Penguatan Pendidikan Karakter;

4.  Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar           Nasional Pendidikan;

5.  Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang                         Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

6.  Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

7.  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun       2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;

8.  .Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20                  Tahun  2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada                Satuan Pendidikan Formal

 

B.    PERMASALAHAN

1.   MASALAH MAKRO

Sepanjang hayatnya, manusia tidak akan terlepas dari pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam proses penyelenggaraan pendidikan yang ditujukan untuk menjadikan manusia menjadi sempurna (Thomas Lickona, 2013, xii). Oleh sebab itu, diperlukan keteladanan dan sentuhan tentang pendidikan karakter yang diberikan kepada peserta didik mulai dari tingkat yang terendah sampai tingkat yang tertinggi. Pendidikan karakter bersifat multi level yang dapat diberikan kepada semua jenjang satuan pendidikan dan multi channel yang tidak mungkin hanya diberlakukan dalam lingkungan keluarga atau masyarakat saja, tetapi dalam lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan yang sangat berpotensi juga tetap diterapkan tentang pendidikan karakter.

Pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah yang benar dan salah saja, tetapi berkaitan dengan penanaman kebiasaan (habituation) tentang beberapa hal yang baik untuk dilakukan dalam kehidupan. Dengan adanya penanaman kebiasaan tentang pendidikan karakter, dapat menyebabkan peserta didik memiliki pemahaman, kesadaran, kepedulian, komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupannya sehari-hari. Termasuk juga dalam kehidupan peserta didik di sekolah jika dibiasakan dengan kegiatan keagamaan dengan mendalami kitab suci yang menjadi sumber hukum dan pedoman hidup bagi manusia.

Sekolah sebagai fungsi pendidikan berkewajiban untuk mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan kepribadian peserta didik yang bermartabat, sebagai wadah pencetak generasi muda yang akan meneruskan cita-cita perjuangan bangsa. Kecakapan kompetensi dalam penyelenggaraan pendidikan  secara komprehensif diarahkan kepada kompetensi peserta didik. Paling tidak ada tiga hal yang menjadi sasaran pembinaan  yang dapat dilakukan di sekolah terhadap setiap peserta didik, yaitu pembinaan karakter, pembinaan prestasi, dan pembinaan budaya. Ketiga ranah pembinaan ini harus dilandasi dengan nilai-nilai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Masalah makro yang melatarbelakangi inovasi "BIKA SI NIKMAT (Bina Karakter dengan Kegiatan Keagamaan di Hari Jumat)" di UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit yaitu:

1. Degradasi Moral dan Etika di Kalangan Remaja

Masalah: Maraknya kasus kenakalan remaja, seperti  perundungan (bullying), penyalahgunaan narkoba, tawuran, dan perilaku menyimpang lainnya, menunjukkan adanya penurunan nilai-nilai moral dan etika di kalangan remaja.

Dampak: Hal ini mengancam masa depan generasi muda dan stabilitas sosial.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini dirancang untuk menanamkan nilai-nilai agama dan moral yang kuat, sehingga siswa memiliki benteng diri terhadap pengaruh negatif.

2. Pengaruh Negatif Teknologi dan Media Sosial

Masalah: Akses mudah terhadap internet dan media sosial, meskipun memberikan banyak manfaat, juga membawa dampak negatif, seperti penyebaran informasi palsu (hoaks), konten pornografi, dan budaya konsumtif.

Dampak: Siswa menjadi rentan terhadap pengaruh negatif yang dapat merusak karakter dan pola pikir mereka.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Kegiatan keagamaan dapat menjadi alternatif positif untuk mengisi waktu luang siswa, mengalihkan perhatian mereka dari konten negatif, dan memperkuat nilai-nilai positif.

3. Kurangnya Pendidikan Karakter yang Terintegrasi

Masalah: Pendidikan karakter seringkali hanya menjadi wacana atau program tambahan yang tidak terintegrasi secara sistematis dalam kurikulum.

Dampak: Siswa tidak mendapatkan pembinaan karakter yang berkelanjutan dan mendalam.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini mencoba mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis agama ke dalam kegiatan rutin sekolah, khususnya pada hari Jumat, sehingga menjadi bagian dari budaya sekolah.

4. Tantangan dalam Membentuk Generasi yang Religius dan   Berakhlak Mulia

Masalah: Di era modern, banyak siswa yang kurang mendapatkan pendidikan agama dan pembinaan akhlak yang memadai, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.

Dampak: Hal ini dapat menyebabkan krisis identitas dan hilangnya nilai-nilai luhur dalam kehidupan siswa.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama siswa, sehingga mereka menjadi generasi yang religius dan berakhlak mulia.

5. Perlunya Penguatan Nilai-nilai Kebangsaan dan Toleransi

Masalah: Maraknya isu-isu intoleransi, radikalisme, dan perpecahan bangsa menunjukkan perlunya penguatan nilai-nilai kebangsaan dan toleransi di kalangan generasi muda.

Dampak: Ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Melalui kegiatan keagamaan yang inklusif dan moderat, program ini dapat menanamkan nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan cinta tanah air.

6. Kurangnya Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam Pendidikan Karakter

Masalah: Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Kurangnya sinergi antara ketiga pihak ini dapat menghambat pembentukan karakter siswa.

Dampak: Siswa tidak mendapatkan dukungan dan pembinaan karakter yang konsisten dari berbagai lingkungan.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini dapat menjadi wadah untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan keagamaan sekolah, sehingga tercipta sinergi yang kuat dalam pembinaan karakter siswa.

Dengan memahami masalah-masalah makro ini, kita dapat melihat bahwa inovasi "BIKA SI NIKMAT" memiliki peran penting dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut. Program ini diharapkan dapat menjadi langkah nyata dalam membentuk generasi muda yang berkarakter kuat, religius, berakhlak mulia, dan memiliki rasa cinta tanah air.

 

2.   MASALAH MIKRO

Masalah mikro yang menjadi latar belakang inovasi "BIKA SI NIKMAT (Bina Karakter dengan Kegiatan Keagamaan di Hari Jumat)" di UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit. Masalah mikro ini lebih terfokus pada kondisi spesifik yang dihadapi oleh sekolah dan siswa di lingkungan tersebut.

1. Kurangnya Kesadaran Siswa terhadap Nilai-nilai Agama

Masalah: Beberapa siswa menunjukkan kurangnya pemahaman dan kesadaran terhadap nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak: Hal ini dapat tercermin dalam perilaku yang kurang terpuji, seperti kurangnya rasa hormat kepada guru dan teman, serta kurangnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai agama melalui kegiatan keagamaan yang interaktif dan menyenangkan.

2. Rendahnya Motivasi Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan

Masalah: Beberapa siswa merasa kegiatan keagamaan membosankan dan kurang menarik, sehingga motivasi mereka untuk mengikuti kegiatan tersebut rendah.

Dampak: Hal ini dapat menghambat upaya sekolah dalam menanamkan nilai-nilai agama dan karakter positif pada siswa.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini mencoba menghadirkan kegiatan keagamaan yang lebih variatif, kreatif, dan relevan dengan minat siswa, sehingga mereka lebih termotivasi untuk berpartisipasi.

3. Kurangnya Media dan Sumber Belajar yang Mendukung Pendidikan Karakter  Berbasis Agama

Masalah: Sekolah mungkin menghadapi keterbatasan dalam hal media dan sumber belajar yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan keagamaan dan pendidikan karakter secara efektif.

Dampak: Hal ini dapat membatasi variasi dan kualitas kegiatan keagamaan yang diselenggarakan.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini dapat menjadi wadah untuk mengembangkan dan memanfaatkan media dan sumber belajar yang inovatif dan menarik, seperti video, permainan, dan cerita-cerita inspiratif.

4. Kurangnya Keterlibatan Guru dalam Pembinaan Karakter Siswa

Masalah: Beberapa guru mungkin belum memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai dalam membina karakter siswa melalui kegiatan keagamaan.

Dampak: Hal ini dapat mengurangi efektivitas program pendidikan karakter di sekolah.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kapasitas guru dalam membina karakter siswa melalui kegiatan keagamaan, misalnya melalui pelatihan dan workshop.

5. Perlunya Peningkatan Kerjasama Antara Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat

Masalah: Kurangnya sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam mendukung pembinaan karakter siswa.

Dampak: Siswa tidak mendapatkan dukungan yang konsisten dari berbagai pihak dalam mengembangkan karakter positif.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini dapat menjadi wadah untuk memperkuat kerjasama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam mendukung kegiatan keagamaan dan pembinaan karakter siswa.

6. Tantangan dalam Mengintegrasikan Nilai-nilai Agama ke dalam Kegiatan Sekolah Sehari-hari

Masalah: Mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam kegiatan sekolah sehari-hari, di luar kegiatan keagamaan khusus, mungkin menjadi tantangan tersendiri.

Dampak: Siswa mungkin tidak melihat relevansi antara nilai-nilai agama dengan kehidupan mereka di sekolah.

Relevansi dengan BIKA SI NIKMAT: Program ini dapat menjadi titik awal untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam kegiatan sekolah sehari-hari, misalnya melalui pembiasaan perilaku positif dan penerapan nilai-nilai agama dalam pembelajaran.

Dengan mengidentifikasi masalah-masalah mikro ini, UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam melaksanakan program "BIKA SI NIKMAT" dan mencapai tujuan pembinaan karakter siswa secara optimal.

 

C. ISU STRATEGIS

Pendidikan karakter menjadi salah satu fokus utama dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini dikarenakan kemerosotan nilai-nilai moral di kalangan peserta didik semakin menjadi perhatian, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Perubahan pola hidup akibat perkembangan teknologi, pengaruh media sosial, dan menurunnya interaksi sosial secara langsung telah berdampak pada cara berpikir dan bertindak generasi muda. Oleh karena itu, sekolah memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga membentuk karakter yang berlandaskan nilai-nilai moral dan keagamaan.

UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit, sebagai institusi pendidikan yang berkomitmen terhadap pembentukan karakter peserta didik, merancang inovasi BIKA SI NIKMAT (Bina Karakter dengan Kegiatan Keagamaan di Hari Jumat). Inovasi ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai religiusitas, kebersamaan, dan kepedulian sosial melalui berbagai aktivitas keagamaan yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Dengan pendekatan yang lebih aktif dan menyenangkan, kegiatan ini diharapkan dapat membentuk pribadi yang berakhlak mulia, disiplin, serta memiliki empati terhadap sesama.

Namun, dalam implementasinya, inovasi BIKA SI NIKMAT menghadapi beberapa tantangan strategis yang perlu mendapat perhatian serius agar dapat berjalan secara optimal dan memberikan dampak yang lebih luas.

 

Isu Strategis dalam Implementasi BIKA SI NIKMAT

1. Kurangnya Kesadaran dan Partisipasi Peserta Didik

Salah satu tantangan utama dalam pelaksanaan BIKA SI NIKMAT adalah rendahnya kesadaran dan partisipasi aktif peserta didik. Tidak semua siswa memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan keagamaan, terutama karena adanya perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan sosial. Beberapa siswa cenderung melihat kegiatan ini sebagai sesuatu yang membosankan dan menganggapnya sebagai kewajiban semata, bukan sebagai kebutuhan untuk membangun karakter mereka.

Solusi Strategis:

·  Membuat program yang lebih interaktif dan menarik, seperti kajian dengan metode diskusi, tanya jawab, serta pendekatan berbasis digital melalui konten-konten edukatif.

·        Menghadirkan tokoh agama yang inspiratif dan mampu berkomunikasi dengan gaya yang sesuai dengan anak muda.

·        Memberikan penghargaan atau apresiasi kepada siswa yang aktif berpartisipasi agar tumbuh motivasi intrinsik dalam diri mereka.

 

2. Tantangan dalam Pembiasaan Nilai-Nilai Keagamaan di Luar Sekolah

Kegiatan BIKA SI NIKMAT memang berlangsung di sekolah, tetapi tantangan terbesar adalah bagaimana nilai-nilai yang ditanamkan tetap melekat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di luar sekolah. Tanpa adanya kesinambungan, pembiasaan baik yang ditanamkan dalam kegiatan ini akan sulit menjadi bagian dari karakter peserta didik.

Solusi Strategis:

·        Melibatkan orang tua dalam mendukung praktik keagamaan di rumah melalui komunikasi dan kolaborasi antara sekolah dan wali murid.

·        Mendorong peserta didik untuk berbagi pengalaman mereka dalam menerapkan nilai-nilai yang diperoleh melalui jurnal refleksi atau cerita inspiratif.

·        Menjalin kerja sama dengan komunitas keagamaan di lingkungan sekitar untuk memperkuat kebiasaan baik yang telah dibangun di sekolah.

 

3. Keterbatasan Sumber Daya dan Infrastruktur Pendukung

Untuk memastikan efektivitas BIKA SI NIKMAT, dibutuhkan fasilitas yang memadai, seperti ruang ibadah yang nyaman, perangkat audio untuk ceramah dan kajian, serta materi ajar yang menarik. Namun, dalam realitasnya, keterbatasan sumber daya sering kali menjadi kendala dalam penyelenggaraan program ini.

Solusi Strategis:

·        Mengajukan kerja sama dengan pemerintah daerah, organisasi keagamaan, dan pihak swasta untuk mendapatkan dukungan dana dan fasilitas yang dibutuhkan.

·        Mengoptimalkan sumber daya yang ada dengan memanfaatkan media digital untuk pembelajaran agama, seperti video edukasi dan podcast keagamaan.

·        Mendorong partisipasi aktif guru dan siswa dalam menciptakan materi pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

 

4. Menjaga Konsistensi dan Keberlanjutan Program

Salah satu tantangan utama dalam sebuah inovasi adalah menjaga agar program tersebut tidak hanya berjalan di awal pelaksanaan, tetapi terus berlanjut dan mengalami peningkatan kualitas dari waktu ke waktu. Konsistensi dalam pelaksanaan BIKA SI NIKMAT sangat penting agar manfaatnya dapat dirasakan secara berkelanjutan oleh seluruh peserta didik.

Solusi Strategis:

·        Membentuk tim khusus yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan evaluasi program secara berkala.

·        Menyusun agenda kegiatan yang variatif dan fleksibel agar tidak monoton serta selalu menarik bagi peserta didik.

·        Mengintegrasikan kegiatan BIKA SI NIKMAT dengan program sekolah lainnya, seperti kegiatan sosial dan pengembangan keterampilan siswa, agar lebih relevan dengan kebutuhan peserta didik.

BIKA SI NIKMAT adalah sebuah inovasi yang memiliki potensi besar dalam membentuk karakter peserta didik yang religius, berakhlak baik, dan memiliki kepedulian sosial. Namun, untuk mencapai keberhasilan maksimal, diperlukan strategi yang tepat dalam mengatasi berbagai isu yang muncul dalam implementasinya.

Dengan meningkatkan partisipasi siswa, memperkuat pembiasaan nilai-nilai keagamaan di luar sekolah, mengatasi keterbatasan sumber daya, serta menjaga konsistensi program, BIKA SI NIKMAT dapat menjadi model pembinaan karakter yang efektif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, sinergi antara pihak sekolah, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa inovasi ini dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi generasi muda.

 

  1. METODE PEMBAHARUAN

Dalam era globalisasi dan digitalisasi saat ini, tantangan dalam pembentukan karakter peserta didik semakin kompleks. Kemajuan teknologi, pengaruh media sosial, dan perubahan gaya hidup sering kali membuat nilai-nilai moral dan keagamaan semakin terpinggirkan. Akibatnya, banyak siswa yang mengalami degradasi moral, kurangnya rasa empati, serta menurunnya semangat kebersamaan dan kepedulian sosial.

Untuk menjawab tantangan ini, UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit menciptakan inovasi BIKA SI NIKMAT (Bina Karakter dengan Kegiatan Keagamaan di Hari Jumat). Program ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dan moral kepada peserta didik melalui kegiatan rutin setiap hari Jumat. Namun, agar inovasi ini dapat berjalan secara efektif dan memberikan dampak yang maksimal, diperlukan pembaharuan dalam metode pelaksanaannya.

Metode pembaharuan dalam BIKA SI NIKMAT dirancang untuk membuat kegiatan lebih interaktif, menarik, dan relevan dengan kebutuhan serta tantangan zaman. Pembaharuan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pendekatan dalam pembelajaran, strategi penyampaian materi, hingga integrasi teknologi dan penguatan kolaborasi dengan berbagai pihak.

Metode Pembaharuan dalam BIKA SI NIKMAT

1. Pendekatan Interaktif dan Partisipatif

Salah satu kelemahan dalam pendekatan keagamaan di sekolah adalah metode ceramah yang sering kali bersifat satu arah dan kurang menarik bagi siswa. Oleh karena itu, BIKA SI NIKMAT memperkenalkan metode interaktif dan partisipatif yang lebih melibatkan peserta didik dalam setiap sesi kegiatan keagamaan.

Pembaharuan yang dilakukan:

·      Diskusi Kelompok: Siswa dikelompokkan untuk mendiskusikan tema-tema keagamaan yang relevan dengan kehidupan mereka, seperti kejujuran, disiplin, dan kepedulian sosial.

·      Studi Kasus: Setiap sesi diisi dengan pembahasan studi kasus nyata yang diambil dari kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami nilai-nilai agama secara kontekstual.

·      Sesi Tanya Jawab: Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan terkait ajaran agama dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan ini tidak hanya membuat kegiatan lebih menarik tetapi juga membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, reflektif, dan komunikatif.

 

2. Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Pembelajaran Keagamaan

Dalam era digital, peserta didik lebih tertarik dengan media berbasis teknologi. Oleh karena itu, BIKA SI NIKMAT melakukan pembaharuan dengan mengintegrasikan teknologi digital sebagai alat bantu dalam kegiatan keagamaan.

Pembaharuan yang dilakukan:

·        Pemutaran Video Edukasi: Menggunakan video pendek yang inspiratif dan relevan untuk menjelaskan nilai-nilai keagamaan.

·        Podcast dan Audio Kajian: Siswa dapat mendengarkan kajian keagamaan dalam bentuk podcast atau rekaman audio yang bisa mereka akses kapan saja.

·        Kuis Digital dan Gamifikasi: Menggunakan aplikasi kuis berbasis digital untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

Melalui pendekatan ini, peserta didik lebih tertarik untuk belajar dan memahami ajaran agama dalam format yang lebih akrab dengan kehidupan mereka.

 

3. Integrasi Nilai Keagamaan dengan Aktivitas Sosial dan Kemanusiaan

Pendidikan karakter yang efektif tidak hanya berbasis pada pemahaman teori, tetapi juga harus diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, BIKA SI NIKMAT memperbaharui metodenya dengan mengintegrasikan kegiatan keagamaan dengan aksi sosial dan kemanusiaan.

Pembaharuan yang dilakukan:

·        Jumat Berbagi: Setiap minggu, siswa diajak untuk berbagi makanan atau sedekah kepada sesama, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat sekitar.

·        Program Sahabat Seiman: Siswa yang lebih memahami ajaran agama diberikan tanggung jawab untuk membimbing teman-temannya dalam praktik ibadah dan nilai moral.

·        Bakti Sosial dan Kunjungan ke Panti Asuhan: Kegiatan ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial di kalangan siswa.

Pendekatan ini membantu peserta didik memahami bahwa ajaran agama tidak hanya sebatas ritual, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap sesama.

 

4. Kolaborasi dengan Tokoh Agama dan Orang Tua

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan karakter adalah adanya sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, BIKA SI NIKMAT memperkuat kolaborasi dengan tokoh agama, orang tua, serta komunitas keagamaan.

Pembaharuan yang dilakukan:

·        Mengundang Tokoh Agama: Setiap bulan, sekolah menghadirkan ustaz, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk memberikan motivasi dan pandangan keagamaan yang lebih luas.

·        Forum Diskusi Orang Tua: Orang tua dilibatkan dalam diskusi tentang bagaimana membangun kebiasaan keagamaan di rumah.

·        Kerjasama dengan Masjid/Gereja/Lembaga Keagamaan: Siswa diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan keagamaan di luar sekolah, seperti pesantren kilat atau retret rohani.

Dengan pendekatan ini, nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dapat terus dipraktikkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

 

5. Evaluasi dan Monitoring Berbasis Refleksi Diri

Agar program BIKA SI NIKMAT dapat terus berkembang, diperlukan mekanisme evaluasi dan monitoring yang inovatif. Oleh karena itu, sekolah menerapkan metode refleksi diri sebagai bagian dari evaluasi keberhasilan program.

Pembaharuan yang dilakukan:

·        Jurnal Refleksi: Setiap siswa diminta untuk menuliskan pengalaman mereka dalam menerapkan nilai-nilai agama di kehidupan sehari-hari.

·        Forum Sharing: Siswa diberikan ruang untuk berbagi pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi dalam mengamalkan ajaran agama.

·        Umpan Balik dari Guru dan Orang Tua: Guru dan orang tua memberikan masukan terhadap perkembangan karakter siswa berdasarkan pengamatan mereka.

Melalui metode ini, setiap siswa dapat secara mandiri mengevaluasi perkembangan karakter mereka serta memahami pentingnya konsistensi dalam menjalankan nilai-nilai keagamaan.

 

Metode pembaharuan dalam BIKA SI NIKMAT bertujuan untuk menjadikan kegiatan keagamaan di sekolah lebih relevan, interaktif, dan berdampak nyata bagi pembentukan karakter peserta didik. Dengan menerapkan pendekatan partisipatif, memanfaatkan teknologi digital, mengintegrasikan nilai keagamaan dengan aksi sosial, memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, serta menggunakan evaluasi berbasis refleksi diri, program ini diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih optimal.

Untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitasnya, diperlukan dukungan dari seluruh pihak, termasuk guru, orang tua, dan masyarakat. Dengan demikian, BIKA SI NIKMAT tidak hanya menjadi program rutin sekolah, tetapi juga menjadi gerakan yang dapat membawa perubahan positif dalam kehidupan peserta didik.

 

  1. KEUNGGULAN DAN KEBAHARUAN

Inovasi dalam membina karakter siswa melalui mengaji dan kebaktian di hari Jumat di UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit menawarkan berbagai keunggulan dan kebaharuan yang signifikan. Salah satu keunggulan utama dari program ini adalah pendekatan holistik yang digunakan untuk mengembangkan karakter siswa. Dengan mengaji dan kebaktian, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademik, tetapi juga nilai-nilai moral dan spiritual yang mendalam. Kegiatan ini membantu siswa memahami dan menginternalisasi nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, rasa hormat, dan tanggung jawab, yang sangat penting untuk perkembangan pribadi dan sosial mereka.

Selain itu, kebaharuan dari inovasi ini terletak pada integrasi pendidikan karakter dengan kegiatan keagamaan secara rutin. Di banyak sekolah, pendidikan karakter sering kali disampaikan melalui mata pelajaran tertentu atau kegiatan ekstrakurikuler, namun di UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit, kegiatan mengaji dan kebaktian diadakan setiap hari Jumat sebagai bagian integral dari kurikulum. Ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk secara konsisten berlatih dan menerapkan nilai-nilai yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kegiatan ini juga memperkuat rasa komunitas dan persaudaraan di antara siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis dan kondusif untuk belajar.

Keunggulan lain dari inovasi ini adalah partisipasi aktif dari guru dan tenaga kependidikan dalam membimbing dan mendampingi siswa selama kegiatan mengaji dan kebaktian. Ini memberikan contoh teladan yang positif bagi siswa dan memperkuat hubungan antara guru dan siswa. Dengan demikian, siswa merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh. Program ini tidak hanya membawa manfaat jangka pendek dalam pembentukan karakter siswa, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang berintegritas dan berkontribusi positif bagi masyarakat di masa depan.

 

  1. TAHAPAN / CARA KERJA INOVASI

Inovasi pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter berbasis keagamaan menjadi sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, termasuk degradasi moral, kurangnya kepedulian sosial, serta minimnya praktik keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. BIKA SI NIKMAT hadir sebagai solusi dalam membentuk karakter peserta didik melalui pendekatan religius yang terstruktur dan berkelanjutan.

Agar program ini berjalan dengan efektif dan mencapai tujuannya, diperlukan tahapan yang sistematis serta cara kerja yang jelas. Tahapan ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, serta tindak lanjut agar inovasi ini dapat berkembang secara dinamis dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

 

Tahapan Inovasi BIKA SI NIKMAT

Inovasi BIKA SI NIKMAT terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, berbagai persiapan dilakukan untuk memastikan inovasi dapat berjalan secara optimal. Beberapa langkah yang ditempuh antara lain:

a. Analisis Kebutuhan

·  Mengidentifikasi permasalahan terkait karakter siswa yang perlu diperkuat melalui kegiatan keagamaan.

·  Melakukan diskusi dengan guru, orang tua, dan komite sekolah untuk mengetahui tantangan dan harapan dalam membangun karakter siswa.

b. Penyusunan Program

·  Menyusun kurikulum kegiatan keagamaan yang akan dilakukan setiap hari Jumat.

·  Merancang bentuk kegiatan agar lebih interaktif dan menarik bagi siswa.

·  Membuat jadwal pelaksanaan yang konsisten dan memastikan tidak mengganggu kegiatan akademik lainnya.

c. Menyusun Tim Pelaksana

·  Membentuk tim pelaksana yang terdiri dari guru agama, wali kelas, serta perwakilan siswa untuk memastikan keberlangsungan program.

·  Melibatkan pihak eksternal seperti tokoh agama atau komunitas keagamaan yang relevan.

d. Penyediaan Sarana dan Media Pendukung

·  Menyiapkan tempat untuk pelaksanaan kegiatan, baik di aula, masjid, atau ruang kelas.

·  Mengumpulkan bahan ajar, modul keagamaan, serta media pembelajaran seperti video edukasi dan podcast.

 

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah tahap perencanaan matang, program BIKA SI NIKMAT mulai diterapkan di lingkungan sekolah. Pelaksanaan program ini dilakukan secara rutin setiap hari Jumat dengan berbagai kegiatan sebagai berikut:

a. Pembukaan dan Motivasi Keagamaan

·  Sesi dimulai dengan doa bersama untuk menciptakan suasana religius yang penuh ketenangan.

·  Motivasi keagamaan diberikan oleh guru agama atau tokoh agama yang diundang untuk menyampaikan pesan moral kepada siswa.

b. Kegiatan Utama

Kegiatan utama dalam program ini dibagi menjadi beberapa bentuk, di antaranya:

1.     Kajian Keagamaan Interaktif

o  Pembelajaran tentang nilai-nilai agama dikemas dalam bentuk diskusi kelompok dan studi kasus.

o  Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan berbagi pengalaman terkait penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

2.     Praktik Ibadah Bersama

o  Siswa diajarkan praktik ibadah yang benar, seperti tata cara sholat, doa harian, dan membaca kitab suci.

o  Bagi siswa non-muslim, mereka juga diberikan bimbingan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing.

3.     Jumat Berbagi

o   Siswa didorong untuk berbagi makanan atau sedekah kepada teman yang membutuhkan.

o   Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan rasa empati dan kepedulian sosial.

4.     Program Sahabat Seiman

o   Siswa yang lebih memahami ajaran agama diberikan peran sebagai mentor bagi teman-temannya.

o   Kegiatan ini membantu memperkuat ukhuwah antar siswa dan membangun karakter kepemimpinan.

5.      Penguatan Nilai-Nilai Moral dalam Kehidupan Sehari-hari

o  Setiap sesi ditutup dengan diskusi reflektif tentang bagaimana siswa dapat menerapkan nilai-nilai keagamaan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

 

3. Tahap Monitoring dan Pendampingan

Agar inovasi ini tetap berjalan sesuai tujuan, dilakukan monitoring dan pendampingan secara berkala. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini antara lain:

·      Observasi Langsung

o  Guru dan tim pelaksana melakukan pengamatan terhadap keterlibatan siswa dalam kegiatan.

o  Menganalisis bagaimana siswa menerapkan nilai-nilai agama di kehidupan mereka.

·      Refleksi dan Jurnal Harian

o  Siswa diminta menuliskan pengalaman dan pemahaman mereka dalam jurnal harian yang nantinya akan dievaluasi oleh guru.

o  Jurnal ini menjadi alat untuk mengukur perkembangan karakter siswa.

·      Bimbingan Individu

o  Guru melakukan sesi mentoring untuk membantu siswa yang menghadapi kendala dalam mengamalkan nilai-nilai keagamaan.

o  Jika ditemukan siswa yang mengalami kesulitan moral atau spiritual, diberikan pendampingan khusus.

 

4. Tahap Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara berkala untuk menilai efektivitas program dan menentukan langkah-langkah perbaikan. Evaluasi ini mencakup:

·      Evaluasi Siswa

o  Mengukur perubahan sikap dan perilaku siswa sebelum dan setelah mengikuti program.

o  Dilakukan melalui angket, wawancara, dan refleksi diri.

·      Evaluasi Guru dan Orang Tua

o  Guru dan orang tua memberikan umpan balik terhadap perkembangan karakter siswa di sekolah maupun di rumah.

o  Hasil evaluasi ini menjadi dasar untuk pengembangan program lebih lanjut.

·      Evaluasi Program Secara Keseluruhan

o  Melakukan pertemuan dengan tim pelaksana untuk meninjau kekuatan dan kelemahan program.

o  Menganalisis kendala yang dihadapi serta mencari solusi untuk perbaikan di masa depan.

 

5. Tahap Pengembangan dan Tindak Lanjut

Setelah evaluasi dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan program agar lebih efektif dan berkelanjutan. Beberapa upaya yang dilakukan dalam tahap ini antara lain:

·        Penyempurnaan Metode Pembelajaran

o   Menyesuaikan metode dengan kebutuhan siswa dan tren pendidikan terbaru.

o   Mengembangkan media digital seperti aplikasi berbasis edukasi untuk memperkaya pembelajaran.

·        Meningkatkan Partisipasi Komunitas

o   Mengundang lebih banyak tokoh agama, komunitas, dan orang tua untuk terlibat dalam program.

o   Memperluas jaringan kerja sama dengan lembaga keagamaan dan sosial.

·        Replikasi dan Sosialisasi Program

o   Jika program ini terbukti efektif, maka bisa diperluas ke sekolah lain di daerah sekitar.

o   Membagikan pengalaman dan hasil program dalam seminar atau forum pendidikan.

 

Tahapan dan cara kerja inovasi BIKA SI NIKMAT dirancang secara sistematis untuk memastikan program ini dapat berjalan dengan baik dan memberikan dampak nyata dalam pembentukan karakter siswa. Dengan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang interaktif, monitoring yang ketat, evaluasi yang mendalam, serta pengembangan yang berkelanjutan, diharapkan program ini dapat menjadi model dalam pembinaan karakter berbasis keagamaan di sekolah-sekolah lainnya.

 

 

Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter merupakan fondasi penting dalam pembentukan generasi muda yang berintegritas dan berbudi pekerti luhur. Di UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit, kami menyadari bahwa meskipun kurikulum formal telah mencakup pendidikan agama dan budi pekerti, implementasinya seringkali terbatas pada aspek kognitif dan normatif di dalam kelas. Adanya fenomena pergeseran nilai sosial, pengaruh negatif media digital, serta kurangnya ruang bagi siswa untuk mengaktualisasikan nilai-nilai keagamaan dan moral secara praktis di lingkungan sekolah menjadi tantangan. Kegiatan keagamaan yang ada seringkali bersifat insidental atau hanya berfokus pada hari besar keagamaan. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kurangnya penghayatan nilai-nilai religius dan moral dalam perilaku sehari-hari siswa, yang dapat memengaruhi disiplin, etika pergaulan, dan rasa tanggung jawab mereka.

 

Penjaringan Ide

Menyadari urgensi tersebut, tim inovasi UPT SPF SMP Negeri 2 Sibolangit berdiskusi untuk mencari solusi yang dapat memperkuat pendidikan karakter berbasis keagamaan secara konsisten dan menyenangkan. Ide yang muncul adalah mengoptimalkan hari Jumat, yang secara tradisional dianggap sebagai hari penuh berkah dan spiritualitas, sebagai waktu khusus untuk kegiatan penguatan karakter. Dari berbagai usulan, gagasan untuk menciptakan program terstruktur yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan keagamaan spesifik di hari Jumat mengemuka. Nama "BIKA SI NIKMAT" (Bina Karakter dengan Kegiatan Keagamaan di Hari Jumat) dipilih karena "BIKA" (seperti kue bika) melambangkan sesuatu yang melekat dan menjadi bagian dari budaya, sementara "NIKMAT" menggambarkan pengalaman yang menyenangkan dan memberikan kepuasan spiritual. Ini bukan sekadar program rutin, melainkan sebuah inovasi yang dirancang untuk menumbuhkan kebiasaan positif dan karakter mulia.

 

Tahapan Cara Kerja Inovasi

Inovasi BIKA SI NIKMAT diimplementasikan melalui beberapa tahapan yang terencana:

  1. Penetapan Jadwal & Lokasi: Menetapkan alokasi waktu khusus setiap hari Jumat pagi sebelum atau sesudah pelajaran utama untuk kegiatan BIKA SI NIKMAT, dengan memanfaatkan fasilitas sekolah seperti musala/masjid sekolah, lapangan, atau ruang serbaguna.
  2. Variasi Kegiatan Berbasis Agama: Program ini dirancang dengan variasi kegiatan yang disesuaikan dengan ajaran agama yang dianut siswa:
    • Bagi Siswa Muslim: Kegiatan dapat meliputi Salat Duha berjamaah, pembacaan surat-surat pendek Al-Qur'an (misalnya Surat Yasin), Kultum (kuliah tujuh menit) oleh guru agama atau siswa bergantian, atau sharing session tentang akhlak mulia dan kisah-kisah teladan.
    • Bagi Siswa Non-Muslim: Kegiatan dapat difasilitasi oleh guru agama yang bersangkutan (Kristen, Katolik, Hindu, Buddha) di ruangan terpisah, meliputi pembacaan kitab suci, doa bersama, renungan, atau pembahasan nilai-nilai kebaikan sesuai ajaran agamanya.
  3. Partisipasi Aktif & Pembiasaan: Siswa tidak hanya menjadi peserta pasif, tetapi juga dilibatkan secara aktif sebagai petugas (misalnya muazin, penceramah, pembaca ayat suci, pemimpin doa). Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemimpinan.
  4. Kolaborasi Guru & Komite Sekolah: Guru agama menjadi koordinator utama, didukung oleh seluruh guru mata pelajaran lain dalam pendampingan siswa. Komite sekolah dan orang tua juga diinformasikan dan diundang untuk mendukung program.
  5. Evaluasi & Refleksi Berkala: Program dievaluasi secara berkala untuk melihat dampak pada perilaku siswa, dengan mengumpulkan umpan balik dari guru, siswa, dan staf sekolah.