Data Inovasi

Innovation is a process by which a domain, a product, or a service is renewed and brought up to date by applying new processes, introducing new techniques, or establishing successful ideas to create new value. The creation of value is a defining characteristic of innovation.

BINDELLA PAKPAK (Bimbingan Dalam Belajar Dan Peningkatan Literasi Kabupaten Pakpak Bharat)

Tahapan Inovasi : Penerapan
Digital : Non Digital
Inisiator Inovasi : OPD
Bentuk Inovasi : Inovasi Pelayanan Publik
Tujuan Inovasi :

1.2 Tujuan dan Sasaran 1.2.1 Tujuan Tujuan dilaksanakan BINDELLA PAKPAK adalah : 1. Meningkatkan literasi dasar, literasi bahasa dan literasi teknologi; 2. Meningkatkan minat baca; 3. Untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perkembangan siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya. 4. Agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar, serta siswa dapat mandiri dalam belajar; 1.2.2 Sasaran BINDELLA PAKPAK adalah : 1. Siswa sekolah dasar (SD) kelas I s.d VI 2. Siswa SMP 1.3 Strategi Kegiatan Startegi kegiatan BINDELLA PAKPAK adalah : 1. Peningkatan layanan informasi : perpustakaan tidak hanya sebagai tempat membaca buku tetapi menjadi pusat kegiatan BINDELLA PAKPAK 2. Pelibatan masyarakat : melibatkan siswa/i didalam pelaksanakan BINDELLA PAKPAK 3. Advokasi : dukungan APBD terhadap biaya pengganti transport volunteer merupakan advokasi dengan BAPPELITBANGDA, BPKAD dan DPRD

Manfaat Inovasi :

BINDELLA PAKPAK telah memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat khususnya bagi siswa/I dan bagi orang tua siswa . Selain manfaat peningkatan wawasan /pengetahuan, melalui bimbel siswa/I dapat membantu mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasikan potensi secara optimal. Siswa juga dapat mengembangkan berbagai keterampilan belajar, mengembangkan suasana belajar yang kondusif, dan memahami lingkungan pendidikan. Kegiatan BINDELLA PAKPAK yang tidak dipungut biaya (GRATIS) ini bermanfaat / membantu meringankan beban orang tua siswa/I karena dapat menghemat pengeluaran keluarga sekitar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) perbulan. BINDELLA PAKPAK telah memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat khususnya bagi siswa/I dan bagi orang tua siswa . Selain manfaat peningkatan wawasan /pengetahuan, melalui bimbel siswa/I dapat membantu mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasikan potensi secara optimal. Siswa juga dapat mengembangkan berbagai keterampilan belajar, mengembangkan suasana belajar yang kondusif, dan memahami lingkungan pendidikan. Kegiatan BINDELLA PAKPAK yang tidak dipungut biaya (GRATIS) ini bermanfaat / membantu meringankan beban orang tua siswa/I karena dapat menghemat pengeluaran keluarga sekitar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) perbulan.

Hasil Inovasi :

BINDELLA PAKPAK memiliki beberapa keunikan yakni : 1. BINDELLA PAKPAK memiliki sasaran peningkatan literasi pada 3 (tiga) tingkatan yakni literasi dasar melalui bimbel membaca,menulis dan berhitung, literasi bahasa melalui bimbingan belajar Bahasa Inggris dan literasi digital melalui bimbingan belajar komputer. Jumlah siswa/I BINDELLA PAKPAK untuk setiap kelas berbeda-beda yakni kelas CALISTUNG rata-rata kehadiran perhari 10 (sepuluh) orang, kelas bahasa inggris 25 (dua puluh lima ) orang, kelas komputer 20 (dua puluh) orang dan kelas matematika 10 (sepuluh) orang. 2. BINDELLA PAKPAK diberikan secara gratis sehingga dengan adanya kegiatan ini para orangtua siswa/I dapat menghemat pengeluaran keluarga sekitar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah ) untuk setiap bimbel sehingga jika dalam satu keluarga ada anak yang mengikuti 5 (lima) kelas bimbingan maka dapat menghemat Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) perbulan. 3. Peserta BINDELLA PAKPAK non diskriminasi dan inovasinya mencakup seluruh masyarakat

Waktu Uji Coba : 2023-08-03
Waktu Implementasi : 2023-08-16
Rancang Bangun Inovasi :

Defenisi literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigma baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajaran nya. Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti Literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Programme for International Student Assessment (PISA) diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). PISA adalah studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak, menempuh tes dalam mata pelajaran utama yaitu membaca, matematika dan sains. Dalam hal Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) hasil evaluasi Rencana Strategis Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2020-2024) menunjukkan bahwa tingkat capaian pembangunan literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 64,40. Kemudian pada tahun 2023 meningkat menjadi 64,68, ada peningkatan sebesar 1,03 poin. Pada Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) pada tahun 2022dengan capaian nilai 63,58 dan pada tahun 2023 meningkat menjadi 66,77, ada peningkatan sebesar 3,19 poin. Itu semua menunjukkan bawa tingkat literasi dan budaya baca masyarakat Indonesia masih rendah. Dalam hasil evaluasi tersebut, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat(IPLM) dan Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) dari 38 provinsi yang ada di Indonesia dipaparkan dan Provinsi Sumatera Utara menempati peringkat ke-17 pada tahun 2022 dengan nilai capaian sebesar 51,77 dan pada tahun 2023 meningkat menjadi 56,10, tergolong masih sangat rendah. Berdasarkan hasil evaluasi yang sama , capaian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) tahun 2022 adalah 56. 02 sedangkan nilai capaian tahun 2023 adalah 58, 36 sehingga terdapat peningkatan sebesar 2,34 poin. Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) tahun 2022 dengan nilai capaian 58,15 sedangkan tahun 2023 dengan nilai capaian 58,36 sehingga terdapat peningkatan sebesar 0,21 poin, tergolong masih rendah Indonesia saat ini mengalami krisis literasi. Masyarakat Indonesia seakan enggan dan tidak peduli betapa pentingnya budaya literasi di tengah derasnya arus globalisasi. Padahal literasi sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat yang berkarakter. Pendidikan memiliki peran sebagai fondasi awal untuk meningkatkan pemahaman dalam membaca maupun menulis dan budaya yang dibiasakan sejak dini untuk membaca dan menulis agar minat dalam membaca dan menulis dapat meningkat. Pada era modern ini, anak muda atau orang tua kurang membudayakan literasi, apalagi teknologi semakin berkembang. Di satu sisi, perkembangan teknologi dapat membantu meningkatkan budaya literasi di Indonesia dengan mudahnya akses berita melalui internet. Akan tetapi, di sisi lain masyarakat menjadi lebih menyukai sesuatu yang instan. Contohnya adalah menonton tayangan berita di Youtube, serta bermain media sosial dengan bahasa kekinian dan menjauhi budi pekerti. Krisis literasi, termasuk kemampuan membaca, memahami, dan menganalisis informasi dengan kritis, menjadi salah satu penyebab utama munculnya dan tersebarnya hoaks. Fenomena krisis literasi yang mengakibatkan penyebaran hoaks telah menjadi isu yang semakin mendesak dalam masyarakat saat ini. Untuk menjawab tantangan krisis literasi maka peran perpustakaan dituntut terus berubah seiring perkembangan teknologi informasi, mengikuti dinamika zaman, sehingga perpustakaan harus bertranformasi. Perpustakaan bukan lagi hanya gudang buku namun adalah pusat informasi. Bukan lagi hanya berfungsi sebagai divisi layanan seperti sirkulasi dan pengolahan, namun harusnya sudah menjadi `one stop shoping`, koleksinya bukan melulu medium cetakan namun dalam multiformat. Transformasi perpustakaan selanjutnya adalah layanan tidak terbatas waktu dan ruang, bukan hanya menjaga koleksi serta memberikan akses yang pasif, namun mampu memberi nilai pada informasi dan pengetahuan dan yang lebih penting harus proaktif serta mengutamakan kepentingan pelanggan/ pemustaka. Maka perpustakaan yang bertransformasi harus mempersipakan sumberdaya manusianya menjadi sumberdaya yang "multitasking" yakni memiliki segenap keahlian dan siap menjadi agen perubahan. Untuk menuju transformasi dimaksud, tidaklah berlebihan bila seorang pustakawan harusnya dimaknai lebih luas, yaitu sebagai profesi di dalam sebuah masyarakat yang berisikan berbagai nilai tentang kualitas, kehormatan, dan kebersamaan. Seluruh proses pengembangan dan pembangunan layanan pada perpustakaan berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan informasi pada masyarakat dan berkaitan terhadap usaha masyarakat untuk meningkatkan wawasan, ilmu pengetahuan dan potensi diri yang pada masa mendatang akan berdampak pada peningkatan kualitas dan mutu hidup masyarakat itu sendiri. Dalam mengatasi hal tersebut, untuk meningkatkan mutu dan kualitas hidup masyarakat pada era masa ini, perpustakaan perlu menerapkan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan perpustakaan yang menyediakan layanannya guna meningkatkan potensi dan wawasan pada masyarakat. Berdasarkan hal tersebut Perpustakaan Nasional RI (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) mempunyai peran penting dalam membina pengembangan layanan perpustakaan-perpustakaan di seluruh Indonesia melakakukan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS). Implementasi program TPBIS dilakukan melalui tiga strategi utama, yaitu peningkatan layanan informasi, pelibatan masyarakat, dan advokasi. BINDELLA PAKPAK merupakan salah satu wujud TPBIS dengan melakukan 3 (tiga) strategi dimaksud.